an abstract fight

Siang itu, aku sendiri…

Hanya ada sebuah catatan kecil yang selalu setia aku bawa kemanapun aku berada.

Lantunan musik yang lembut membawaku melambung menuju singgasana dunia mayaku.

Disinikah puncaknya, aku kembali terperangkap di suatu tempat yang kali ini sangat asing bagiku.

Setelah sekian kalinya, kupikir apakah ini puncaknya? Terbenam dalam pekatnya perasaan hati yang tak bisa ku torehkan.

Detik demi detik aku lalui bersama sepiku, terus menggali dimanakah kebenaran sejati yang selalu aku cari.

Lagi-lagi tak kutemukan dia.

Hingga habis dayaku, aku pergi.

Sampai disini…. kucukupkan semuanya…..

Add comment September 12, 2010 ayyiu

Kesepian ini

A    :       “Kau merasa kesepian?”

B    :       “Ya, aku memang selalu merasakan kesepian menggrogoti jiwaku.”

A    :       “Tidakkah kau sadari bahwa kau tak pernah sendiri? “

B    :       “Ya, kurasakan ada banyak jiwa berkawan dengan ragaku. Namun, tak pernah ku kenal      seorangpun dalam benakku.”

A    :       “Begitu dalamnyakah sepi merenggut jiwamu hingga kau tak dapat merasakan lagi dimana ragamu berpijak, dimana jiwamu bersandar.”

B    :       “Tak pernah aku temukan jiwa ini bersandar pada jiwa lain yang kokoh. Ia selalu tertatih sendiri, berusaha untuk tetap bertahan diantara kerasnya kehidupan. Hanya kesakitan yang tinggal saat ia terus mencoba untuk bersandar.”

A    :       “Lantas apakah ia akan tetap tenggelam pada kesendiriannya yang kelam? Adakah sedikit celah disana?”

B    :       “Tentu saja ada. Namun, entah rasannya ia tak akan sanggup untuk mencabik kembali asa yang terus meraung-raung padanya.”

(Ia pun tertunduk dan menitikkan mutiara-mutiara berharga dari goresan hatinya yang tak lagi berdaya)

Akupun hanya tertegun, mencoba untuk memahami sedikit perihnya. Namun, aku tak dapat berbuat apa-apa karena gejolak jiwanya yang terlampau mendalam.

Add comment September 12, 2010 ayyiu

“Pantaskah seekor Singa mengalah pada Elang?”

Perlahan-lahan, semakin lama sesak semakin sulit aku menghirup udara di sekitarku. Aku butuh oksigen, aku sangat membutuhkannya saat ini. Aku terbelalak saat ia datang dengan senyum simpulnya menjatuhkanku. Kali ini aku tertunduk! Aku terpuruk! Hebat ! hanya sejurus tatapan mata tajamnya mampu menghancurkan kepercayaanku, hanya sepatah kata dari mulutnya telah mampu mencabik-cabik harapanku. Apa sebenarnya dirimu? Terlalu sulit aku mengerti tentang gejolakmu, yang sangat besar menutup sinarku.

Kini kau mampu membuka sayapmu, mengepakannya hingga kau mampu membumbung tinggi di atas segalanya. Aku tak percaya, tapi apa daya hembusan angin keperkasaanmu menyadarkanku, bahwa aku terlalu kecil. Kejayaan yang pernah ada pupus digerogoti masa, hilang ditelan kelelahanku.  Apa jadinya kini, menggali kembali intan di dalam diri, yang kini tak lagi berharga. Sedikit masih tertinggal asa yang telah mati dan inginkan kebangkitannya, dia tak inginkan kelemahan. Dia adalah kekuatan besar  yang akan melawan keraguan, dia akan datang. Ia akan bangkit. Tunggulah dan saat itu diriku akan tersenyum membalas keangkuhanmu.

Add comment September 12, 2010 ayyiu

SANG PEMIMPI

Sungguh mereka mentertawakanku dan sekali lagi mereka mentertawakanku. “Tidakkah kau sedang bermimpi? Tidakkah terlalu tinggi anganmu?” pikirnya. Tentu saja tidak! Aku sedang menyadari ini semua. Apakah begini menjadi pemimpi yang berangan-angan hingga berada di atas angin? Membangun dunia baru yang tak pernah terpikirkan oleh mereka..

Segalanya akankah hanya akan berakhir menjadi sebuah lelucon belaka? Ya, aku hanya mampu tersenyum getir mengingat sekali lagi batinku jatuh terinjak. Kurasakan asaku terbunuh perlahan, membumbung ke langit dan menguap bak bualan anak balita. Tangis dan tawa tak ada beda..

Suatu hari nanti, saat kutemukan sisi tertinggi dunia ini. Aku akan katakan,  “Di sinilah tempatku.” Di sinilah aku akan berdiri dengan ketangguhanku dan aku akan mentertawakan kedengkianmu. Membuka matamu dan melihat masa silam saat kau tengah acuhkanku.

Add comment September 12, 2010 ayyiu

REALITA

Sekali lagi hanya gagasan-gagasan yang datang begitu saja dan pergi dengan cepatnya. Aku ingin menyelesaikan ini semua.

Aku sungguh tertarik akan dimensi yang ia ciptakan. Aku terenyuh, aku memujanya. Namun, apa aku harus menjadi dirinya yang lain? Kurasa tak perlu karna aku punya jiwa yang ingin mencipta.

Hentikan!!! :@

Aku mengerti inginmu, tapi aku bisa apa? Jangan paksa aku untuk membunuhmu kesekian kalinya.

Aku tak ingin!!!

Tapi kau terus mengusik ku, tak sedikitpun aku ingin membiarkanmu terus berkeliaran dalam aliran darahku mengganggu setiap sistem sarafku hingga aku tak mampu berkutik .

Aku lumpuh!!

Lumpuh karenamu, aku selalu membenci pergolakan jiwa yang tak pernah ada ujungnya ini.

Bisakah kita selesaikan? Saat ini juga detik ini juga. Aku tak ingin menunda, ayolah kumohon untuk kali ini bantu aku menjadi sesuatu yang baru.

Aku tau ini akan berhasil menjadi sesuatu yang lebih berharga dibanding saat kita hanya terus berdebat. Aku atau kamu?

Yaa, aku tak pernah benar kaupun juga begitu, tetapi kita berdualah yang akan menunjukan kebenaran di dimensi nyata..

Add comment September 12, 2010 ayyiu

Bukan Bisa atau Tidak TAPI Mau atau Tidak??

“Hmm… Aku bisa nggak ya? Aduh, kayanya aku nggak bisa deh!”

Pernah nggak teman-teman bertanya begitu pada diri sendiri? Terkadang tanpa kita sadari kita telah menghakimi diri kita sendiri dengan dengan ungkapan tidak bisa, tidak mampu, tidak berbakat, dsb. Padahal, temen-temen tau nggak sebenarnya bukan salah, hanya saja tidak sepenuhnya benar  apa yang ada dalam benak kita tersebut. Ungkapan seperti itu justru hanya akan mematahkan semangat kita untuk berusaha. Coba pikir, tanpa mencoba kita langsung menyerah hanya karena perasaan “tidak bisa” yang terbayang-bayang dalam benak kita. Ngeliat teman kita yang jago langsung ciut.

“Wah.. Aku mana bisa seperti dia?”

Lagi-lagi ungkapan itu yang terlontar. Ketahuilah teman, kalau mereka yang kita cap sebagai “JAGO” dulunya juga hanya orang-orang dengan kemampuan yang biasa-biasa saja. Lalu, apa yang membuat mereka berbeda? Mengapa sekarang mereka bukan lagi orang dengan kemampuan biasa-biasa saja? Mau tau?

Orang-orang yang nggak ‘biasa’ tidak pernah bertanya “Saya bisa atau tidak?” pada dirinya sendiri. Tetapi, mereka selalu bertanya “Saya mau atau tidak?” Yap! Itu dia! Kuncinya, mereka selalu berpikir saya mau atau tidak bukan saya bisa atau tidak karena jika kita mau kita pasti bisa. Ayo deh pikir ulang, ubah mind-set kita. Cobalah berpikir lebih positif, kita dilahirkan pasti telah dianugerahi dengan seabrek bakat. Jadi, jangan khawatir dengan kita bisa atau nggak, bakat atau nggak, tapi kita mau atau nggak. Masalah jadi “jago” itu urusan belakang yang terpenting adalah usaha terlebih dahulu. Semua orang berbakat dan nggak bisa melakukan hal yang sama, yang membedakannya hanyalah waktu. Niatkan dalam hatimu dengan niat yang sebenar-benarnya. Eitss, terkadang kita sering salah beranggapan. Katanya, “Aku udah berusaha kok, udah niat banget malah. Tapi, tetep aja nggak bisa!” La trus, apanya yang salah? Teman, kalau kita udah berniat nggak bakal ada lagi yang namanya malas-malasan. Kalau teman-teman masih malas, berarti itu belum sepenuhnya berniat lho!

“Niat udah, malas juga udah dibuang jauh-jauh. Tapi, kenapa ya aku masih ngerasa belum bisa?” Kadang ada aja yang ngedumel gituan, hehe.. Apa lagi yang kurang? Semangat dan Kesabaran!! Teman-teman jangan gitu aja langsung nyerah dong, kalau mau “bisa” teman-teman kudu siapin persediaan semangat yang banyak. Sewaktu kamu “belum” berhasil, kantung semangatmu akan berperan mengeluarkan cadangan semangat supaya kamu mampu bertahan untuk tetap berusaha. Ok! Semangat udah disiapkan, sekarang tinggal menggunakan kesabaranmu untuk menantikan hasilnya. Pernah nggak, teman-teman bilang “Aku ini udah sabar bangett!!” dengan nada yag sedikit ketus. Saya juga tau kok, kalau kamu udah bersabar, tapi sabar versi kamu. Kalau kita udah bener-bener bersabar, nggak akan ada lagi  keluhan yang bakal yang terlontar dari mulut kita. Hati kita yang bersabar, jadi mulut nggak perlu ambil bagian. J

“Udah sabar kok masih nggak bisa juga sih!” Waahh, kalau masih ada kata-kata begitu cek ulang deh udah bener-bener bersabar belum? Orang yang bersabar tau, belajar adalah proses, untuk menjadi bisa perlu belajar dan itu PROSES. Kita nggak bisa mendapatka segala sesuatunya dengan instan. Kalau, di dunia dongeng sih mungkin bisa pakai tongkat ibu peri clang-cling sana-sini. Tapi ini dunia nyata sobat!! J

Thomas Alva Edison aja baru berhasil menemukan bohlam setelah percobaan yang ke 1000. Coba hitung, ada 999 kegagalan yang dialami. Kalau dikalkulasikan, berapa banyak semangat dan kesabaran yang ia punya? 98573425xxxxxx bla bla bla.. Banyak banget deh pokoknya! Terbukti kan, perlu niat, usaha, semangat, dan juga kesabaran yang ekstra untuk jadi BISA. Satu lagi, wah masih ada?? Jadi bisa aja susah banget sih!! Kan musti sabar.. J

Sebagai manusia sudah sepatutnya kita memohon bantuan dari Yang Maha Kuasa. “Kan kita udah niat, usaha, semangat plus sabar kok masi perlu berdoa? Kita adalah manusia biasa hanya mampu berikhtiar semampunya, yang akan menentukan adalah Allah SWT. Eitss, tapi bukan bararti semua usaha kita nggak ada gunanya lho, tetap kita adalah penentunya. Kita diberi kebebasan untuk mengubah hidup kita, maka dari itu, nyok kita ubah mind-set kita tentang hidup.

Kita bisa melakukan apapun, coz nothing impossible! Udah sering denger kan? Yang harus dilakukan adalah niat dengan sebenar-benarnya + usaha + semangat + kesabaran + doa !! Ok! 😉 Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Udah punya pemikiran yang lebih baik? Kalau belum sebaiknya baca sekali lagi deh tulisan saya. 😀

Tetap semangat mewujudkan segala keinginanmu, bukan bisa atau tidak TAPI mau atau tidak?

Add comment September 12, 2010 ayyiu

Deadline Qta

Mungkin mulai 1 tahun lagi, atau tinggal beberapa bulan lagi, mmm.. rasanya tidak! Beberapa minggu, hari, bahkan rasanya mulai esok hari aku harus menghapusmu dari memori di kepalaku. Tentu saja, sebelum semuanya terlambat, sebelum dia merenggut paksa dirimu dari otak besarku. Semakin hari rasanya semakin sulit, tapi harus bagaimana? Rasanya ia terus memburuku, menghantuiku di setiap derap langkah mungilku di sudut sepinya malam.

“Bisakah kau datang lagi esok hari?” pintaku. “Terlalu sulit bagiku melepasnya hari ini. Ku mohon beri aku satu detik, tidak, tidak! Satu jam, satu hari,  selamanya.. bisakah? Ku mohon??” aku meminta sedikit belas kasihnya. Namun, ku rasa ia terlalu angkuh. Dia sangat dingin, bahkan kilauan kaca dimataku tak sedikitpun menyentuh nuraninya. “Heyy.. Kau mendengarku tidak?? Aku berbicara padamu, kau dengar tidak? Haloo..  Hanya sekilas ia melihatku, lalu berlalu begitu saja. Kurasa hari ini ia tengah berbaik hati.. 1,2,3,4,… telah kesekian kali ia meloloskan aku begitu saja, tapi bagaimana dengan besok? Haruskah aku selalu berlari dan terus bersembunyi. Terus mengharap belas kasih darinya. Oh tidak! Itu tidak mungkin.. L aku lelah menguras air mataku.

Semakin lama, ia semakin kejam menindasku. Tentu saja aku mencoba untuk selalu kuat dan semakin kuat. Tetapi, kurasa ia ia pun semakin liar memburuku. Aku sadar, aku semakin melemah. Aku pun sudah tak mampu menahan mu, lagi pula kau pun menginginknnya. Tetapi, apakah kau tak ingin membantuku sebelum dia merenggutmu? Setidaknya kau tetap bertahan. Ku mohon..  Agh! Sekali lagi aku memohon. Haruskah aku selalu mengulangnya. Menjatuhkan diriku sendiri di hadapanmu dan dia. Aku tak berharga.. Siapa yang peduli? Kau pun tidak.

Kurasa sudah saatnya aku belajar, berhenti menganggapmu oksigen dalam darahku. Aku  akan ada meskipun kau tidak, dan pada saatnya dia akan datang kembali aku pasti akan dengan rela menyerahkanmu. Tanpa goresan, tanpa bekas, setitik pun tidak! Dan kita akan lalui peta yang berbeda, selamat jalan ku ucapkan. Ku harap kita tak akan bertemu, kecuali ada jalan pintas dalam petamu. Namun, ku harap kau tak singgah lagi.  Selamat tinggal untuk waktu yang terus menghantuiku.. J

Add comment September 12, 2010 ayyiu

Seperti Hujan

Di  kolong langit, di balik awan kelabu, ia bernaung, mendengarkan  aransemen lantunan  nada seorang amatiran. Tidak menggugah, tapi cukup untuk mengundang sesuatu bernama inspirasi.  Saat itupun hujan turun, udara terasa begitu lembab. Hening yang membeku. Tanpa sepatah kata pun ia mampu berbincang dengan alam. Bertanya pada hujan,

A : ” Apakah engkau senang?”

H : “ Sejujurnya tidak”

A : “Mengapa?”

H : “Karena…”

A : “Sesungguhnya, aku iri padamu.”

H : “Apa yang dapat hujan banggakan?”

A : “Kalian selalu bersama. Tidakkah sangat menyenangkan? Lain halnya denganku selalu berteman sepi.”

H : “Taukah kamu, untuk mencapai tanahpun kami harus beradu. Ingin suatu saat kami merasakan bagaimana rasanya sendiri. Tapi apalah kami jika tak bersama. Mungkin manusia pun tak akan menyebut kami hujan. Kami hanya titik-titik air yang lemah.”

A : “Seandainya aku hujan.. Aku pasti… ”

H : “Untuk apa? Kau jauh lebih kuat bahkan saat kau sendirian. Tidakkah itu cukup?”

A : “Untuk apa kekuatan? Bagaimana bisa aku jauh lebih kuat darimu? Justru aku ini tak berdaya, aku ini lemah.”

H : “Benarkah? Selama ini manusia selalu saja menyombongkan diri mereka akan kekuatan dan kekuasaan yang mereka miliki. Kenapa kau tidak?”

A : “Kau benar, itulah kelemahan mereka. Begitu pula aku.”

H : “ Hey, ku temukan setitik senyuman di matamu dan kini ia tersenyum kapadaku. Ku rasa aku mengenalinya.”

A : “Dia adalah titik air,  dia kawanmu! Kini kau tau bagaimana kelemahaku, bahkan menahanmu pun aku tak mampu..”

1 komentar September 12, 2010 ayyiu

AKU HANYA INGIN TAU, KEMANAKAH ARAH UTARA??

Aku menggenggam selembar peta, mirip selembar peta harta karun berabad-abad silam. Bagiku peta ini sangat berharga. Dari sinilah aku memulai semuanya..

Gugusan pulau, daratan, dan lautan terbingkai rapi di dalamnya.

“Ini pegunungan, ini lembah, dan ini lautan! Great! Aku sudah memahami  semuanya. Bukankah ini tidak sulit? Hanya memahami beberapa simbol sederhana, segitiga untuk gunung, biru untuk laut, dan sejenisnya.  Sederhana! Bahkan seorang amatiran sepertiku pun pasti bisa”. Anggapku begitu remeh. “Hmm… Baiklah, ini mudah”. Segera saja aku memulai perjalan ini. menyusuri hutan, mendaki pegunungan, dan menyebrangi sungai. Sungguh menyenangkan!!

Kini, aku sudah melalui 1/3 perjalananku, tak ku sangka semudah ini. Tapi, baru saja kusadari ada sebuah gunung yang menghadang. Sangat tinggi, sungguh ini lebih tinggi dari yang telah aku jumpai sebelumnya. Keraguan mulai menghantuiku pikiranku. “Haruskah aku menyerah disini?? Ayolaahh.. ini mudah! Seperti yang sudah-suda!” gumamku. Aku punya ransel yang menyimpan banyak peralatan khusus, tentu saja mudah jika aku menggunakannya. Aku juga membawa banyak  persiapan bekal, tentu saja aku tak akan kehabisan energi.

“OK, aku bisa!” Satu kalimat untuk untuk mengawali langkahku, dan ternyata.. AKU BISA!! Yeiy!! Yipiiyy!!  Aku bersorak. Sudah ku bilang ini mudah. =D

Aku berjalan dan terus berjalan, sampai disuatu gurun pasir. Oh tidak.. Sejauh mata memandang hanya ada pasir, pasir, dan pasir. Sekali lagi kegundahan menyelinap di pikiranku. “Haruskah ku anggap ini mudah? Tentu saja! Aku hanya perlu berjalan dan berjalan bukan? Ok, ini lebih mudah!” kataku untuk membangunkan singa dalam ragaku.

1 langkah, 2 langkah, 3 langkah,.. dan.. ouh! Terik sekali, rasanya matahari tengah membuntutiku sedari tadi. Kerongkonganku kering,  sekering udara di gurun ini. Segera aku mengambil botol air minumku, secepat kilat aku menghisapnya. Tapi, tapi.. tak ada setitik air pun memasahi kerongkonganku. Aku tak punya air lagi, oh sial! “Aku masih harus berjalan berapa puluh kilometer lagi untuk mendapatkan air? Aku bisa mati kekerigan disin”. Aku harus segera melalui gurun ini, kali ini rasanya aku harus memutar otak dua kali lebih keras  dibandingkan sebelumnya. Kalau waktu itu aku sungguh terbantu dengan peralatan dari ranselku, kali ini mungkin saja bisa kulakukan hal serupa. Aku berpikir dengan optimisme tinggi. Aha! Kompas! Itu dia yang akan menunjukan arah untukku. Aku butuh kompas, ternyata tak ada penunjuk arah yang jelas di peta ini. Ransel, ya ranselku! Ku mencari, dan akhirnya.. tak kutemukan! Hanya ada sepatu bergerigi, cukupkah itu membantu di tengah gurun seperti ini? Aku pun tak ingin mengetahui jawabannya. Hanya akan meluluh lantakan kepeng-keping harapanku yang kurasa mulai retak. Aku melupakan bagian terpenting perjalanan ini. Arah! Aku kehilangan arah! Bagus! Aku tersesat, tak ada air, tak adda kompas, dan satu lagi yang semakin melengkapi perjalanan yang tadinya ku anggap tamasya ini, aku SENDIRI! Lengkap sudah.. Ini bencana, mataku pun berkilauan. Kilauan dari kaca-kaca yang sebentar lagi akan runtuh. Aku tak sanggup.. Air mataku, air mataku kini jatuh juga. Aku tak kuasa melawan gravitasi ini.

“Kau lemah!! Hanya sebatas itukah kemempuanmu, hanya sampai  disitukah perjuanganmu? Hahaha..” tak ku sangka, batinku pun mencemoohku. “Jangan meremehkanku!! Aku belum menyerah, aku hanya belum menemukan jalan keluar. “Jangan putus asa! Jangan pernah kau berputus asa!” di sisi lain ada sesuatu yang menguatkanku. “Baik, aku cukup andal bukan? Meski tak ada kompaspun masih ada uluran tangan Tuhan”.

Aku sungguh lelah,  aku berbaring sesaat untuuk menghirup uara segar. Segar? Untuk sementara udara malam di gurun ini ku sebut udara segar. Siang berganti malam.. Langit gelap, bintang bertaburan diman-mana, tak ada yang berubah. Tak ada? Tidak! Tentu saja ada. “Sebagian gugus bintang dapat menunjukkan arah. Dialah yang harus ku cari, seekor “beruang besar” di langit. Setelah itu, kan ku temukan beruang kutub. Akhirnya akan aku temukan jalan pulang, ini akan menjadi tamasya yang menyenangkan. Aku susuri satu per satu, dimanakah kau beruang besar? Aku harus terus mencarinya, setelah itu aku masih harus menyebrangi lautan atau bahkan samudra luas. Dan ini masih panjang.. hey, beruang besar, aku butuh km saat ini. taukah km? Aku mencarimu hanya untuk tau, dimana UTARA?

Add comment September 12, 2010 ayyiu

What’s the changes??

Ada saat kita harus keluar dari ZONA NYAMAN, dimana kita akan merasakan bagaimana harus bertahan meskipun tidak berada pada zona dimana kita memperoleh osigen cukup dengan kondisi fisik lingkungan yang serba NORMAL. Saat itu kau akan merasakan sesak dan  terhimpit, tidak ada jalan untuk keluar. Satu-satunya pilihan adalah tetap BERTAHAN menghadapi segala tekanan bahkan kau harus mampu untuk berubah menjadi sesuatu yang tak akan pernah kau bayangkan. Menjadi bagian LAIN dari kehidupan, apakah mudah? Tentu saja tidak. Saat berada di zona nyaman mungkin kau merasa besar dan saat itupun kau harus menjadi kecil, begitu pula sebaliknya. KAPAN kita akan keluar dari zona nyaman kita? Tidak mudah memastikannya, kapan pun dan dimana pun bisa jadi kau harus beralih dari zona nyaman mu. Yang terpenting saat itu kau harus benar-benar MEMASTIKAN bahwa kau telah punya sepasang MATA yang melihat perubahan itu, sepasang TELINGA untuk mendengarkan kebenaran baru yang harus kau terima dan sepaket OTAK yang akan menentukan setiap keputusan terberatmu dengan penuh kebijakan.



Add comment Agustus 15, 2010 ayyiu

Previous Posts

Laman

Kategori

Tautan

Meta

Kalender

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031